Minggu, 18 April 2010

Berenang Dalam Tidur(Revisi Cerpen Siklus 3)

Oleh Ahmad Jazuli

Hari ini matahari tersenyum lebar kepadaku, aku pun tersenyum padanya.Seakan aku dan matahari bak sepasang sejoli yang sedang bermesraan.

Bel berbunyi keras. Alangkah senangnya, tiba waktunya aku pulang.Aku dan temanku Irfani bergegas ke kantin untuk makan siang.

Siang ini aku ada les Bahasa Indonesia. Karena sebentar lagi aku ada ujian Nasional yang tahun ini dirasakan berat. Dengan rata-rata lima koma lima yang dirasakan pusing oleh bapak dan ibu guru.

Lima menit kulalui aku sampai di kantinnya pak Sitompul.Dia tinggi,besar dan rambutnya seperti landak.Dia juga tukang kebun sekolah yang berjasa melawan busuknya sampah. Di kantinnya Pak Sitompul banyak sekali berbagai makanan. Ada sate ayam, sate kambing, dan mie rebus. Selain makanan juga ada berbagai minuman yang menyegarkan tenggorokan. Yaitu fanta, coca cola, sprit dan tak lupa ada es teh.

“Pak saya mau beli sate ayam!” kataku sambil memegang perut.

“Okelah kalau begitu. Tunggu sebentar ya!”

“Pak, minumnya Fanta!“

“Pakai botol tidak?“

“Tidak Pak, fanta saja!”

“Oke…..”

Aku menunggunya sambil bersenandung ria sambil memakan cemilan khas Batak yaitu kerupuk singkong yang begitu gurih dan laziz terasa di lidah. Sampai aku bergeleng- geleng merasakan kelezatanya.

“Ini sate ayamnya, silakan dinikmati!“

“Terima kasih Pak, mana nasinya ?”

“Nasinya habis maaf, ya”

“Tidak apa-apa, ini saja sudah cukup untuk mengganjal perut.”

Selesai makan aku bergegas ke kelas untuk siap-siap menerima pelajaran tambahan. Guruku lama tak datang aku pun merasa ngantuk, aku pun tidur terlentang di depan kelasku. Kebetulan di depan kelasku ada tempat duduk yang pas untuk tidur terlentang.Sambil menaruh peci di atas mukaku aku bersiap untuk tidur.

Tiba- tiba aku berada di tempat asing yang belum aku kunjungi. Di depan mataku terlihat gulungan ombak yang begitu mempesona, di bibir pantai nyiur melambai-lambai yang sangat menyejukkan hati.

Aku pun bernafsu untuk mengarungi hamparan air yang begitu luas. Aku pun berenang dengan menggunakan banyak gaya. Gaya kupu-kupu, gaya kodok dan gaya punggung semua aku praktikkan dengan sangat mempesona, sampai jutaan pasang mata memberi applaus kepadaku. Dan aku pun berkata ha…ha…ha…

Di bibir pantai aku bertemu dengan temanku yang bernama Siregar.

“Hai Siregar apa kabar?”

Alhamdulillah aku masih dalam lindungan Allah, kamu Jazuli apa kabar.”

“Ya seperti yang kamu lihat baik–baik saja”

“Gar berenang, yuk.”

“Dengan senang hati.”

Siregar pintar berenang, dia pernah juara satu lomba renang tingkat nasional, dia tinggi, kurus dan tampan, Afgan pun kalah denganya.

Aku dan Siregar berenang hampir menjauhi bibir pantai. Tiba-tiba gulungan ombak besar menelanku.

“Tolong…tolong…tolong!” ucapku dengan nafas terengah-engah mengharap ada pahlawan kebajikan yang menolongku.Aku terpontang-panting di tengahnya laut yang begitu dalam

Aku pun terbawa arus air sampai satu kilo meter dari bibir pantai

Siregar pun bergegas ke bibir pantai untuk mencari bantuan untuk menolongku. Dengan perahu karet Siregar dan para nelayan mencari diriku.

Satu jam lamanya Siregar dan para nelayan mencari diriku tapi mereka tidak menemukanku, sampai mereka putus asa mencari diriku dan mereka meninggalkan pantai dengan tangan hampa, dan mereka berharap ada malaikat penolong yang menyelamatkanku.

“Alhamdulillah...” ku ucapkan syukur kepada Allah yang telah menyelamatakan ku dari gulungan ombak yang begitu dahsyat.

Aku selamat karena ada balok kayu yang lebar, aku pun menaikinya dan aku bergegas berenang menggunakan kayu itu.

Air bergemuruh sangat kencang yang membuat hatiku berdebar-debar, hatiku berkata ada makhluk apa di bawah ini. Kulihat kebelakang ternyata ada ikan besar berwarna biru, semakin dekat ikan itu sangat menakutakan, ternyata ikan itu ikan Hiu.

Kupercepat berenangku sampai aku mau mati. Ikan Hiu makin mendekatiku dan aku pun sangat takut jika ikan itu memakan aku. Setelah lama berenang aku pun kelelahan dan akhirnya ikan Hiu mencabik-cabik kakiku, dan aku menjerit kesakitan.

Ternyata aku Cuma dicubit guruku yang ingin membangunkanku, dan aku bergegas menuju ke kamar mandi untuk cuci muka dan akhirnya aku masuk ke kelas dengan di tertawai teman- temanku dan mereka memberi aplaus kepadaku. Ternyata aku sudah tertidur lama dan aku dibiarkan tidur guruku yang sedang lewat di sampingku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar