Minggu, 18 April 2010

Berenang Dalam Tidur(Revisi Cerpen Siklus 3)

Oleh Ahmad Jazuli

Hari ini matahari tersenyum lebar kepadaku, aku pun tersenyum padanya.Seakan aku dan matahari bak sepasang sejoli yang sedang bermesraan.

Bel berbunyi keras. Alangkah senangnya, tiba waktunya aku pulang.Aku dan temanku Irfani bergegas ke kantin untuk makan siang.

Siang ini aku ada les Bahasa Indonesia. Karena sebentar lagi aku ada ujian Nasional yang tahun ini dirasakan berat. Dengan rata-rata lima koma lima yang dirasakan pusing oleh bapak dan ibu guru.

Lima menit kulalui aku sampai di kantinnya pak Sitompul.Dia tinggi,besar dan rambutnya seperti landak.Dia juga tukang kebun sekolah yang berjasa melawan busuknya sampah. Di kantinnya Pak Sitompul banyak sekali berbagai makanan. Ada sate ayam, sate kambing, dan mie rebus. Selain makanan juga ada berbagai minuman yang menyegarkan tenggorokan. Yaitu fanta, coca cola, sprit dan tak lupa ada es teh.

“Pak saya mau beli sate ayam!” kataku sambil memegang perut.

“Okelah kalau begitu. Tunggu sebentar ya!”

“Pak, minumnya Fanta!“

“Pakai botol tidak?“

“Tidak Pak, fanta saja!”

“Oke…..”

Aku menunggunya sambil bersenandung ria sambil memakan cemilan khas Batak yaitu kerupuk singkong yang begitu gurih dan laziz terasa di lidah. Sampai aku bergeleng- geleng merasakan kelezatanya.

“Ini sate ayamnya, silakan dinikmati!“

“Terima kasih Pak, mana nasinya ?”

“Nasinya habis maaf, ya”

“Tidak apa-apa, ini saja sudah cukup untuk mengganjal perut.”

Selesai makan aku bergegas ke kelas untuk siap-siap menerima pelajaran tambahan. Guruku lama tak datang aku pun merasa ngantuk, aku pun tidur terlentang di depan kelasku. Kebetulan di depan kelasku ada tempat duduk yang pas untuk tidur terlentang.Sambil menaruh peci di atas mukaku aku bersiap untuk tidur.

Tiba- tiba aku berada di tempat asing yang belum aku kunjungi. Di depan mataku terlihat gulungan ombak yang begitu mempesona, di bibir pantai nyiur melambai-lambai yang sangat menyejukkan hati.

Aku pun bernafsu untuk mengarungi hamparan air yang begitu luas. Aku pun berenang dengan menggunakan banyak gaya. Gaya kupu-kupu, gaya kodok dan gaya punggung semua aku praktikkan dengan sangat mempesona, sampai jutaan pasang mata memberi applaus kepadaku. Dan aku pun berkata ha…ha…ha…

Di bibir pantai aku bertemu dengan temanku yang bernama Siregar.

“Hai Siregar apa kabar?”

Alhamdulillah aku masih dalam lindungan Allah, kamu Jazuli apa kabar.”

“Ya seperti yang kamu lihat baik–baik saja”

“Gar berenang, yuk.”

“Dengan senang hati.”

Siregar pintar berenang, dia pernah juara satu lomba renang tingkat nasional, dia tinggi, kurus dan tampan, Afgan pun kalah denganya.

Aku dan Siregar berenang hampir menjauhi bibir pantai. Tiba-tiba gulungan ombak besar menelanku.

“Tolong…tolong…tolong!” ucapku dengan nafas terengah-engah mengharap ada pahlawan kebajikan yang menolongku.Aku terpontang-panting di tengahnya laut yang begitu dalam

Aku pun terbawa arus air sampai satu kilo meter dari bibir pantai

Siregar pun bergegas ke bibir pantai untuk mencari bantuan untuk menolongku. Dengan perahu karet Siregar dan para nelayan mencari diriku.

Satu jam lamanya Siregar dan para nelayan mencari diriku tapi mereka tidak menemukanku, sampai mereka putus asa mencari diriku dan mereka meninggalkan pantai dengan tangan hampa, dan mereka berharap ada malaikat penolong yang menyelamatkanku.

“Alhamdulillah...” ku ucapkan syukur kepada Allah yang telah menyelamatakan ku dari gulungan ombak yang begitu dahsyat.

Aku selamat karena ada balok kayu yang lebar, aku pun menaikinya dan aku bergegas berenang menggunakan kayu itu.

Air bergemuruh sangat kencang yang membuat hatiku berdebar-debar, hatiku berkata ada makhluk apa di bawah ini. Kulihat kebelakang ternyata ada ikan besar berwarna biru, semakin dekat ikan itu sangat menakutakan, ternyata ikan itu ikan Hiu.

Kupercepat berenangku sampai aku mau mati. Ikan Hiu makin mendekatiku dan aku pun sangat takut jika ikan itu memakan aku. Setelah lama berenang aku pun kelelahan dan akhirnya ikan Hiu mencabik-cabik kakiku, dan aku menjerit kesakitan.

Ternyata aku Cuma dicubit guruku yang ingin membangunkanku, dan aku bergegas menuju ke kamar mandi untuk cuci muka dan akhirnya aku masuk ke kelas dengan di tertawai teman- temanku dan mereka memberi aplaus kepadaku. Ternyata aku sudah tertidur lama dan aku dibiarkan tidur guruku yang sedang lewat di sampingku.

Rabu, 07 April 2010

Berenang dalam Tidur

Oleh Jazuli


Hari ini matahari tersenyum lebar kepadaku, seakan hari ini hari yang indah bagiku, tapi teriknya matahari menyayat tubuhku. Sampai tubuhku perih semua.

Bel berbunyi keras sampai gendang telingaku mau pecah tanda pulang sekolah tiba, aku dan teman-temanku bergegas keluar dari kelas untuk makan siang di tempatnya Bapak Sitompul karena hari ini ada les Bahasa Indonesia.

Aku dan temanku les karena sebentar lagi akan ujian nasioanal, yang tahun ini dirasakan berat sekali oleh bapak dan ibu guru, karena rata-rata mata pelajaran ujian nasional harus mencapai lima koma lima, ditambah dengan malasnya anak didik untuk belajar yang sangat mengawatirkan.

Setelah lima menit berjalan aku sampai di kantinnya Pak Sitompul,

Bapak Sitompul orangnya tinggi, besar dan rambutnya seperti landak. Dia adalah orang yang mempunyai kantin di sekolahku. Sekaligus sebagai tukang kebun yang berjasa melawan busuknya sampah.

Dikantinnya Pak Sitompul banyak sekali berbagai makanan. Ada sate ayam, sate kambing dan mie rebus. Selain makanan juga ada berbagai minuman yang menyegarkan tenggorokan. Yaitu fanta, coca cola, sprit dan tak lupa ada es teh.

“ Pak saya mau beli sate ayam!” kataku sambil memegang perut.

“ Oke lah kalau begitu. Tunggu sebentar ya!”

“ Pak, minumnya Fanta!“

“ Pakai soda tidak?“

“ Tidak Pak, fanta saja!”

“ Oke…..”

Aku menunggunya sambil bersenandung ria sambil memakan cemilan khas Batak yaitu kerupuk singkong yang begitu gurih dan laziz terasa di lidah. Sampai aku bergeleng- geleng merasakan kelezatanya.

“ Ini sate ayamnya, silahkan dinikmati!“

“ Terimakasih pak, mana nasinya ?”

“ Nasinya habis maaf ya”

“ Tidak apa-apa, ini saja sudah cukup untuk mengganjal perut.”

Selesai makan aku bergegas ke kelas untuk siap- siap menerima pelajaran tambahan. Guruku lama tak datang akupun merasa ngantuk, akupun tidur terlentang di depan kelasku. Kebetulan di depan kelasku ada tempat duduk yang pas untuk tidur terlentang.Sambil menaruh peci diatas mukaku aku bersiap untuk tidur.

Tiba- tiba aku berada ditempat asing yang belum aku kunjungi. Didepan mataku terlihat gulungan ombak yang begitu mempesona, di bibir pantai nyiur melambai-lambai yang sangat menyejukkan hati.

Akupun bernafsu untuk mengarungi hamparan air yang begitu luas. Akupun berenang dengan menggunakan banyak gaya. Gaya kupu-kupu, gaya Kodok dan gaya Punggung semua aku praktekkan dengan sangat mempesona, sampai jutaan pasang mata memberi aplaus kepadaku. Dan akupun berkata ha…ha…ha…

Di bibir pantai aku bertemu dengan temanku yang bernama Siregar.

“ Hai Siregar apa kabar.”

“ Alhamdulillah aku masih dalam lindungan Allah, Kamu Jazuli apa kabar.”

“ Ya seperti yang kamu lihat baik –baik saja”

“ Gar berenang yok.”

“ Dengan senang hati.”

Siregar pintar berenang, dia pernah juara satu lomba renang tingkat Nasional, dia tinggi, kurus dan tampan, Afgan pun kalah denganya.

Aku dan Siregar berenang hampir menjauhi bibir pantai. Tiba-tiba gulungan ombak besar menelanku.

“ Tolong…tolong…tolong!” ucapku dengan nafas terengah-engah mengharap ada pahlawan kebajikan yang menolongku.Aku terpontang-panting di tengahnya laut yang begitu dalam

Aku pun terbawa arus air sampai satu kilo meter dari bibir pantai

Siregar pun bergegas ke bibir pantai untuk mencari bantuan untuk menolongku. Dengan perahu karet Siregar dan para nelayan mencari diriku.

Satu jam lamanya siregar dan para nelayan mencari diriku tapi mereka tidak menemukanku, sampai mereka putus asa mencari diriku dan mereka meninggalkan pantai dengan tangan hampa, dan mereka berharap ada malaikat penolong yang menyelamatkanku.

“Alhamdulillah... “ ku ucapkan syukur kepada Allah yang telah menyelamatakan ku dari gulungan ombak yang begitu dahsyat.

Aku selamat karena ada balok kayu yang lebar, akupun menaikinya dan aku bergegas berenang menggunakan kayu itu.

Air bergemuruh sangat kencang yang membuat hatiku berdebar-debar, hatiku berkata ada makhluk apa di bawah ini. Kulihat kebelakang ternyata ada ikan besar berwarna hitam, semakin dekat ikan itu sangat menakutakan, ternyata ikan itu ikan Hiu.

Kupercepat berenangku sampai aku mau mati. Ikan Hiu semakin mendekatiku dan akupun sangat takut jika ikan itu memakan aku. Setelah lama berenang akupun kelelahan dan akhirnya ikan Hiu mencabik-cabik kakiku, dan aku menjerit kesakitan.

Ternyata aku Cuma dicubit guruku yang ingin membangunkanku, dan aku bergegas menuju ke kamar mandi untuk cuci muka dan akhirnya aku masuk ke kelas dengan di tertawai teman- teman ku dan mereka memberi aplaus kepadaku. Ternyata aku sudah tertidur lama dan aku dibiarkan tidur guruku yang sedang lewat di sampingku.

Rabu, 17 Maret 2010

Telepon Misterius ( revisi 2 )


oleh jazuli temur


Di tengah berhembusnya angin malam yang menusuk kulit, malam itu tak ada suara yang terdengar di telingaku kecuali lantunan bunyi jangkrik yang merdu menambah suasana malam itu semakin mencekam.


Pak Sastro dan Bu Siti telah memberi kepercayaan kepadaku untuk menjaga kedua buah hatinya itu di rumahnya bak Istana itu.Pak Sastro orangnya bertubuh besar,dia memiliki kumis yang tebal,dan dia juga suka memakai parfum yang aromanya seperti Bunga Melati.

Mereka berdua beranjak pergi meninggalkan diriku sendiri di ruang tamu yang mempunyai sederetan kursi yang begitu banyak.Pasangan itu hanya berpesan untuk menjaga kedua buah hatinya yang tengah tidur di ranjang yang empuk.


“Eren kami pergi dulu!” Ujar Pak Sastro, sambil keluar dari mulut pintu.

“Baik pak...!” jawabku.


Dalam benak aku bertanya-tanya, sebagai penjaga baru aku merasa aneh ,aku dipercaya sebagai penjaga buah hatinya yang imut dan mungil itu yang dapat membuat setiap orang gemas jika melihatnya,bahkan mereka belum mengenalku dengan baik.

Untuk menjawab penasaranku, aku mencoba menyusuri panjangnya lorong-lorong rumah bak gua itu.

“Dug... dug...dug…! Bunyi alas rumah, yang kudengar dari ruang tamu.


Aku beranjak lari menuju kesana, diruangan yang luas itu, ku amati sudut – sudutnya.

“Kring,kring…!” Telepon menggema begitu keras. Dek..., aku terhentak kaget.

“Halo...halo...” Kuangkat gagang telepon dengan keringat dingin yang mengucur di wajahku.


Nyaliku makin ciut, serta bulu kudukku berdiri, karena aku tak mendengar jawaban dari telepon itu maka kuputuskan untuk menutup telepon itu.

Aku mencoba meredam rasa takutku, kuteruskan langkah-langkah kecil mengamati rumah itu. Saat sampai di suatu ruang dengan pembatas besi seperti penyaring pasir.


Di dalamnya ada burung-burung, juga ikan meluncur kesana kemari di kolam yang banyak berserakan dedaunan.

“cusss…!” tiba-tiba kran diruangan itu meluncur air yang begitu deras.Burung-burung terbang bertaburan mungkin ketakutan.

“Dek...” jantungku berdetak kencang seketika itu. Kulihat sesosok wanita paruh baya berbusana putih dengan rambut terurai. Aku mencoba melihat wajahnya dari luar rungan itu.Wanita itu hilang lenyap dibawa angin.


Kuayunkan kakiku lari dari ruangan yang seperti taman itu.

“Kring…, kring…!” telepon berbunyi lagi.

”Siapa ini?” coba aku bertanya di telepon itu.

”Kau akan mati “ jawab seseorang yang ada ditelepon itu dengan suara berat.


Kubanting serta kuhentakkan telepon itu hingga tercecer bagian-bagianya.

Aku keluar dari rumah di tengah hutan itu. Tanpa pikir panjang aku menjauh dari tempat itu.

“Tit,tit…!” bergetar handphoneku yang ku simpan disaku celana jeans ku.

“Tolong jangan perlakukan aku seperti ini..!” pintaku pada si penelpon itu.

“Aku mau darahmu …!” ujar seorang yang menerorku dari tekeponku.


Dengan napas terputus-putus, aku lari menjauhkan diriku dari rumah mesterius itu, serta aku juga meninggalkan kedua buah hati pasangan itu.

“srek,srek,srek…!” bunyi langkah seperti membututi.

Langlahku pun kupercepat, ia semakin dekat dan terus mendekat.

“Dulz,dulz…!” kucoba memutar leherku, memastikan tidak ada apa-apa.Sekejap aku tidak bisa bernapas. Mayat-mayat bermunculan dari tanah dengan wajah yang sangat hancur.


Pikiranku tak karuan, kucoba setapak demi setapak melangkah kebelakanag tanpa sadar aku terperosok ke dalam jurang yang tak begitu dalam.Dengan tak sadar mataku terpejam pingsan.

Waktu kurasa begitu lama, aku terbangun mencoba membuka mataku yang begitu berat. Badanku sakit semua seperti tulangku rasanya remuk semua.

“Kau tak apa...?” Tanya seorang pria besar, berkulit hitam, kumis melintang di atas bibirnya yang tak begitu akrab bagiku.

“Siapa kamu ?”

“Aku petugas hutan yang menumakankmu..”

“Terim kasih.”

“Aku membawamu kerumah sakit ini dengan mobilku, ngomong-ngomong kenapa kamu bisa di hutan malam –malam?”

“Aku kurang ingat, tapi sore itu aku mendapat pesan untuk menjaga anaknya si pemilik rumah, dan aku kemudian diperbolehkan datang di rumah ditengah hutan itu.”

“kurasa tak ada rumah di hutan,” ujar petugas itu agak begitu heran.

“Apa...?” saut aku tak percaya.

“Memang di hutan itu tempat terjadinya penguburan manusia hidup-hidup.” sipenjaga hutan itu coba menceritakan .

“Kring…kring …!” bunyi hanphoneku yang mengagetkan kami dengan tiba-tiba.

“Pergi kau ….!” Teriakku histeris dengan trauma yang mendalam.

Lampu di langit-langit tiba-tiba mati. Hembusan angin merasuk dari sela-sela pintu.Kupejamkan sejenak kedua mataku.


“ Tenanglah..!” ucap si penjaga hutan menyakinkanku.

Aku mencoba menenangkan diriku yang menggigil ketakutan.

Saat lampu di ruangan itu memancarkan cahayanya aku terperanjak kaget si penjaga hutan itu seketika lenyap dari pandangan ku.

Diriku begitu sulit kugerakkan lantai di ruangan itu di genangi darah segar . Di tembok-tembok menjulur tangan-tangan yang siap mencekik.


“Tolong…tolong…!” teriakku sangat takut.

“Hah..!” kuterperanjak bangun dari mimpi yang mengerikan itu. Ritmis nafasku semakin cepat serta seluruh tubuhku dipenuhi keringat dingin yang membeku.

Jumat, 12 Maret 2010

TELEPON (CERPEN SIKLUS 2)

(oleh jazuli temur)

Di tengah berhembusnya angin malam yang menusuk kulit. Mereka berdua beranjak pergi meninggalkan diriku sendiri . Kedua pasangan itu hanya berpesan untuk menjaga kedua buah hatinya yang tengah tidur.


“Eren kami pergi dulu!” Ujar mereka, sambil keluar dari mulut pintu..Dalam benak aku bertanya-bertanya . Sebagai penjaga baru aku merasa curiga.Aku dipercaya sebagai penjaga buah hatinya.Bahkan mereka belum mengenalku dengan baik


Untuk menjawab penasaranku, aku mencoba menyusuri lorong-lorong rumah bak istana itu. “Dug, dug,dug…! Bunyi alas rumah, yang kudengar dari ruang tamu amat keras.


Aku beranjak lari menuju kesana diruangan yang luas itu, ku amati sudut – sudut di rungan itu.

“Kring,kring…!” Telepon menggema begitu keras. Dek..., aku terhentak kaget “halo,halo’ Kuangkat gagang telepon dengan keringat dingin yang mengucur.


Nyaliku makin ciut, serta bulu kudukku berdiri, tak mendengar jawaban dari telepon itu.

Aku mencoba meredam rasa takutku. Kuteruskan langkah langkah kecil mengamati rumah itu. Saat sampai ke sebuah ruangan dengan pembatas besi seperti penyaring pasir.


Di dalamnya ada burung-burung, juga ikan meluncur kesana kemari di kolam yang banyak berserakan dedaunan.

“cusss…!” tiba-tiba kran diruangan itu meluncur air yang begitu deras.Burung-burung terbang bertaburan mungkin ketakutan.


Dek..., jantungku berdetak kencang seketika itu. Kulihat sesosok wanita paruh baya berbusana putih dengan rambut terurai. Aku mencoba melihat wajahnya dari luar rungan itu.Wanita itu hilang lenyap dibawa angin.


Kuayunkan kakiku lari dari ruangan yang seperti taman itu. “Kring…, kring…!” telepon berbunyi lagi.”Siapa ini?” coba aku bertanya di telepon itu.”Kau akan mati “ jawab seseorang yang ada ditelepon itu dengan suara berat.


Kubanting serta kuhentakkan telepon itu hingga tercecer bagian-bagianya.

Aku keluar dari rumah di tengah hutan itu. Tanpa pikir panjang aku menjauh dari tempat itu.

“Tit,tit…!” bergetar handphoneku yang ku simpan disaku celana jeansku “ Tolong jangan berlakukan aku seperti ini,” pintaku pada sipenelpon itu.


Dengan napas terputus-putus aku menjauhkan diriku dari rumah mesterius itu. “Aku mau darahmu …!” ujar seorang yang menerorku dari tekeponku.

“srek,srek,srek…!” bunyi langkah seperti membututi.Langlahku pun kupercepat ia semakin dekat dan terus mendekat.


“Dulz,dulz…!” kucoba memutar leherku, memastikan tidak ada apa-apa.Sekejap aku tidak bisa bernapas. Mayat-mayat bermunculan dari tanah dengan wajah yang sangat hancur.


Hatiku tak karuan, kucoba setapak demi setapak melangkah kebelakanag tanpa sadar aku terperosok ke dalam jurang yang tak begitu curam.Dengan tak sadar mataku terpejam pingsan.

Waktu kurasa begitu lama aku terbangun mencoba membuka mataku yang begitu berat. Badanku sakit semua sepertinya tulangku rasanya remuk semua . “Kau taka pa?” Tanya seorang pria besar berkulit hitam kumis melintang diatas bibirnya yang tak begitu akrab bagiku.


“Siapa kamu ?”

“Aku petugas hutan yang menumakankmu,”

“Terim kasih”

“Aku membawamu kerumah sakit ini dengan mobilku, ngomong-ngomong kenapa kamu bisa di hutan malam –malam?”

“Aku kurang ingat, tapi sore itu aku mendapat telepon dipesan untuk menjaga anaknya sipenelpon , dan aku kemudian diperbolehkan datang di rumah ditengah hutan itu.”

“kurasa tak ada rumah di hutan,” ujar petugas itu agak begitu heran.

“Apa?” saut aku tak percaya “ memang di hutan itu tempat terjadinya penguburan manusia hidup-hidup” sipenjaga hutan itu coba menceritakan .


“Kring…kring …!” bunyi telephone yang mengagetkan kami dengan tiba-tiba.

“Pergi kau ….!” Teriakku histeris dengan trauma yang mendalam. Lampu di langit-langit tiba-tiba mati. Hembusan angin merasuk dari sela-sela pintu.

Kupejamkan sejenak kedua mataku “ Tenanglah “ ucap si penjaga hutan menyakinkanku. Aku mencoba menenangkan diriku yang menggigil ketakutan.

Saat lampu di ruangan itu memancarkan cahayanya aku terperanjak kaget si penjaga hutan itu seketika lenyap dari pandangan ku.


Diriku begitu sulit kugerakkan lantai di ruangan itu di genangi darah segar . Di tembok-tembok menjulur tangan-tangan yang siap mencekik.

“Tolong…tolong…!” teriakku sangat takut. “ hah! “ kuterperanjak bangun dari mimpi yang mengerikan itu. Ritmis nafasku semakin cepat serta seluruh tubuhku di penuhi keringat dingin.

Jumat, 26 Februari 2010

Cinta di Negeri Sakura(Revisi)

Di tengah germelapnya malam, pengapnya kendaran yang begitu banyak.dan gedung-gedung pencakar langit yang tinggi menjulang.Semua orang menanti pergantian tahun baru.

Dengan kembang api yang mengepakkan sayapnya di langit menambah keindahan langit yang begitu mempesona.warna kuning,hijau, biru bertaburan di langit yang hitam membana.

Banyak orang bertepuk ria menyabut tahun baru.ada yang loncat-loncat, bersorak-sorak. Sambil menikmati indahnya kembang api

Aku berjalan menampakkan kaki di sela-sela megahnya Kota Tokyo, aku berjalan bersama teman sebayaku yang amat aku cintai dan aku sanyangi. Aku dan teman-temanku selalu kompak dalam hal apapun, dalam hal belajar, bermain bahkan berpacaran.

Temanku berjumlah empat orang yang seumanya perempuan namanya Sakura, Sasami, Hinata dan Miyabi ,tapi ada yang tidak datang satu maka dalam pergantian malam itu hanya tiga temanku yang menemaniku.

” Itu dia Miyabi”ujar Sakura

”Kamu dari mana saja?”ujar Hinata

”Aku baru pulang dari rumah nenekku yang tinggal Nagasaki ”jawab Miyabi.

”Pantas aku cari di rumahmu tidak ada”ujar Sasami.

“Yabi, mana pacarmu?” ucapku.

“Pacarku lagi ngantor enggak bisa datang, mana pacarmu” ucap Yabi.

“Pacarku sebentar lagi datang” ucap Rinsakura.

“Pacar yang mana Rin, yang kekar apa yang cungkring “Tanya Yabi.

”Yang keker dong masak yang cungkring”

”Kalau boleh tau siapa namanya, Rin”

“Yang kekar namanya Hirohito, dan yang cungkring namanya Nakamura”

“Jika yang cungkring lihat kamu berduaan bagaimana”

“Tidak papa kalau dia tau aku putusin saja dia, aku lebih milih pacar yang tinggi, besar dan kekar”

“Apa untungnya kamu milih cowok yang kekar” Tanya Yabi.

” Ya untunglah jika ada yang jahilin akukan ada pahlawan kebajikan di sampingku”

”Pintar juga kamu Rin”

” Yalah akukan anak kuliahan

Aku berduaan dengan pacarku. Dibawah gemerlapnya Kota Tokyo. Kubercanda tawa menikmati indahnya berduaan.

Kurasakan indahnya berduaan yang tak mungkin aku lupakan. Dan itu menjadi kenangan yang indah dalam hidupku.

Tiba-tiba ada laki-laki menghampiriku. Dia pendek dan cungkring.Yang ternyata itu pacarku yang ingin aku lupakan.

“Apa-apaan nih kucari kemana-mana malah berduaan disini” , ucap Nakamura.

“Ini siapa Rin” tanya Hirohito.

“ Tidak tau nih datang-datang marah-marah”

“Rin apa yang kamu katakan kamu menghianati cinta kita” , ucap Nakamura.

” Ya benar aku pernah mengatakan itu padamu aku hanya kasihan padamu “

Aku lebih suka laki-laki yang kekar, lihat ini pacarku yang baru dia tinggi,besar dan kekar, mungkin jika kepalan tangannya ditinjukan kebadanmu pasti tulang-tulangmu akan rontok tak tersisa

“Tidak papa memang saya pendek dan cungkring tapi saya tidak takut sama pacarmu. Mari tunjukan kejantanan kita.”

“Siapa takut”ujar Hirohito.

“ Do`aku selalu menyertaimu “

“Mati loe, mati loe, mati loe kucincang-cincang badanmu sampai taktersisa”

“Ampun-ampun aku masih mau hidup aku belum menik mati indahnya dunia”

“ Tidak papa say” ucapku

“ Tidak papa bagaimana lihat ini tulang ekorku patah ini semua gara-gara kamu”

“Apa kamu nyalain aku”

“ Iya semua ini gara-gara kamu.”

“ Oke kalau begitu kita putus.” ucapku

“Nakamura apakah kamu mau maafkan aku.” ucapku

“Aku maafkan tapi jangan pernah kau ulangi lagi tak selamanya orang kekar itu perkasa lihat ini aku walaupun cungkring aku perkasa ha…ha…ha…”

Rinsakura dan Nakamura pun menjadi pasangan sejoli yang siap naik pelaminan

Rabu, 24 Februari 2010

Cinta di Negeri Sakura

Ku berjalan menampakkan kaki di sela-sela megahnya Kota Tokyo. Yang begitu germerlap dipergantian tahun baru.

“Yabi mana pacarmu”. Ucapku. “pacarku lagi ngantor gak bisa datang” ucap yabi “rin mana pacarmu” ucap yabi. “pacarku sebentar lagi datang” ucap rinsakura.

“pcar yang mana rin, yang kekar apa yan cungkring Tanya yabi. “yang keker dong masak yang cungkring” ucaprin. Kalau boleh tau siapa namanya, rin” ucap yabi. “yang kekar namanya hirohito, yang cungkring namanya nakamura” jawab rin.

“ika yang cungkring lihat kamu berduaan bagaimana” Tanya yabi. “tidak papa kalau dia tau aku putusi aja dia, aku lebih milih pacar yang tinggi, besar dan kekar” jawab rin.

Apa untungnya kamu milih cowok yang kekar” Tanya yabi. Ya untunglah jika ada yang jahilin aku, kan ada pahlawan kebajikan di sampingku” jawab rin. Pintar juga kamu rin” Tanya yabi. Yalah aku anakkuliahan “jawab rin.

Rin derduaan dengan pacarnya.Dibawah germelapnya kota Tokyo.Kubercanda tawa menikmati indahnya berduaan.

Kurasakan indahnya berduaan yang tak mungkin aku lupakan.Dan itu menjadi kenangan yang indah dalam hidupku.

Tiba-tiba ada laki-laki menghampiriku.Dia pendek dan cungkring.Yang ternyata itu pacarku yang ingin aku lupakan.

Apa-apaan nih kucari kemana-mana malah berduaan disini , ucap nakamura. “ini siapa rin Tanya hirohito. Tidak tau nih datang-datang marah-marah

Rin apa yang kamu katakana kamu menghianati cinta kita , ucap naka mura. Ya benar aku pernah memngatakan itu padamu aku hanya kasihan padamu

Aku lebih suka laki-laki yang kekar, lihat ini pacarku yang baru dia tinggi,besar dan kekar, mungkin jika kepalan tangannya ditinjukan kebadanmu pasti tulang-tulangmu akan rontok tak tersisa

Tidak papa memag saya pendek dan cungkring tapi saya tidak takut sama pacarmu. Mari tunjukan kejantanan kita.

Siapa takut. Doaku selalu menyertaimu mati loe, mati loe, mati loe kucincang-cincang badanmu sampai taktersisa

Ampun-ampun aku masih mau hidup aku belum menik mati indah nya dunia. Gak papa say. Gak papa bagaimana lihat ini tulang ekorku patah ini semua gara-gara kamu

Apa kamu nyalain aku. Iya semua ini gara-gara kamu. Oke kalau begitu kita putus.

Nakamura apakah kamu mau maafkan aku.” ucaku maafkan tapi jangan pernah kau ulangi lagi tak selamanya orang kekar itu perkasa lihat ini aku walaupun cungkring aku perkasa ha…ha…ha…

Rinsakura dan nakamura pun menjadi pasangan sejoli yang siap naik pelaminan

Senin, 22 Februari 2010

kang santri

aku punya teman dia sangat santri sekali. dia anak bapak kiayai yang tersohor dipenjuru negri. dia bernama ustad BURHANUDDIN YUSUF HABIBI. dia tinggal dikota kecil dekat hutan yang sangat rindang. mau kenalan dengannya kamu dapat mengaksesnya melalui indowates.blogspot.com. oke....................