Rabu, 07 April 2010

Berenang dalam Tidur

Oleh Jazuli


Hari ini matahari tersenyum lebar kepadaku, seakan hari ini hari yang indah bagiku, tapi teriknya matahari menyayat tubuhku. Sampai tubuhku perih semua.

Bel berbunyi keras sampai gendang telingaku mau pecah tanda pulang sekolah tiba, aku dan teman-temanku bergegas keluar dari kelas untuk makan siang di tempatnya Bapak Sitompul karena hari ini ada les Bahasa Indonesia.

Aku dan temanku les karena sebentar lagi akan ujian nasioanal, yang tahun ini dirasakan berat sekali oleh bapak dan ibu guru, karena rata-rata mata pelajaran ujian nasional harus mencapai lima koma lima, ditambah dengan malasnya anak didik untuk belajar yang sangat mengawatirkan.

Setelah lima menit berjalan aku sampai di kantinnya Pak Sitompul,

Bapak Sitompul orangnya tinggi, besar dan rambutnya seperti landak. Dia adalah orang yang mempunyai kantin di sekolahku. Sekaligus sebagai tukang kebun yang berjasa melawan busuknya sampah.

Dikantinnya Pak Sitompul banyak sekali berbagai makanan. Ada sate ayam, sate kambing dan mie rebus. Selain makanan juga ada berbagai minuman yang menyegarkan tenggorokan. Yaitu fanta, coca cola, sprit dan tak lupa ada es teh.

“ Pak saya mau beli sate ayam!” kataku sambil memegang perut.

“ Oke lah kalau begitu. Tunggu sebentar ya!”

“ Pak, minumnya Fanta!“

“ Pakai soda tidak?“

“ Tidak Pak, fanta saja!”

“ Oke…..”

Aku menunggunya sambil bersenandung ria sambil memakan cemilan khas Batak yaitu kerupuk singkong yang begitu gurih dan laziz terasa di lidah. Sampai aku bergeleng- geleng merasakan kelezatanya.

“ Ini sate ayamnya, silahkan dinikmati!“

“ Terimakasih pak, mana nasinya ?”

“ Nasinya habis maaf ya”

“ Tidak apa-apa, ini saja sudah cukup untuk mengganjal perut.”

Selesai makan aku bergegas ke kelas untuk siap- siap menerima pelajaran tambahan. Guruku lama tak datang akupun merasa ngantuk, akupun tidur terlentang di depan kelasku. Kebetulan di depan kelasku ada tempat duduk yang pas untuk tidur terlentang.Sambil menaruh peci diatas mukaku aku bersiap untuk tidur.

Tiba- tiba aku berada ditempat asing yang belum aku kunjungi. Didepan mataku terlihat gulungan ombak yang begitu mempesona, di bibir pantai nyiur melambai-lambai yang sangat menyejukkan hati.

Akupun bernafsu untuk mengarungi hamparan air yang begitu luas. Akupun berenang dengan menggunakan banyak gaya. Gaya kupu-kupu, gaya Kodok dan gaya Punggung semua aku praktekkan dengan sangat mempesona, sampai jutaan pasang mata memberi aplaus kepadaku. Dan akupun berkata ha…ha…ha…

Di bibir pantai aku bertemu dengan temanku yang bernama Siregar.

“ Hai Siregar apa kabar.”

“ Alhamdulillah aku masih dalam lindungan Allah, Kamu Jazuli apa kabar.”

“ Ya seperti yang kamu lihat baik –baik saja”

“ Gar berenang yok.”

“ Dengan senang hati.”

Siregar pintar berenang, dia pernah juara satu lomba renang tingkat Nasional, dia tinggi, kurus dan tampan, Afgan pun kalah denganya.

Aku dan Siregar berenang hampir menjauhi bibir pantai. Tiba-tiba gulungan ombak besar menelanku.

“ Tolong…tolong…tolong!” ucapku dengan nafas terengah-engah mengharap ada pahlawan kebajikan yang menolongku.Aku terpontang-panting di tengahnya laut yang begitu dalam

Aku pun terbawa arus air sampai satu kilo meter dari bibir pantai

Siregar pun bergegas ke bibir pantai untuk mencari bantuan untuk menolongku. Dengan perahu karet Siregar dan para nelayan mencari diriku.

Satu jam lamanya siregar dan para nelayan mencari diriku tapi mereka tidak menemukanku, sampai mereka putus asa mencari diriku dan mereka meninggalkan pantai dengan tangan hampa, dan mereka berharap ada malaikat penolong yang menyelamatkanku.

“Alhamdulillah... “ ku ucapkan syukur kepada Allah yang telah menyelamatakan ku dari gulungan ombak yang begitu dahsyat.

Aku selamat karena ada balok kayu yang lebar, akupun menaikinya dan aku bergegas berenang menggunakan kayu itu.

Air bergemuruh sangat kencang yang membuat hatiku berdebar-debar, hatiku berkata ada makhluk apa di bawah ini. Kulihat kebelakang ternyata ada ikan besar berwarna hitam, semakin dekat ikan itu sangat menakutakan, ternyata ikan itu ikan Hiu.

Kupercepat berenangku sampai aku mau mati. Ikan Hiu semakin mendekatiku dan akupun sangat takut jika ikan itu memakan aku. Setelah lama berenang akupun kelelahan dan akhirnya ikan Hiu mencabik-cabik kakiku, dan aku menjerit kesakitan.

Ternyata aku Cuma dicubit guruku yang ingin membangunkanku, dan aku bergegas menuju ke kamar mandi untuk cuci muka dan akhirnya aku masuk ke kelas dengan di tertawai teman- teman ku dan mereka memberi aplaus kepadaku. Ternyata aku sudah tertidur lama dan aku dibiarkan tidur guruku yang sedang lewat di sampingku.

14 komentar:

  1. halo jaz...... ku beri komentar ya...??
    menurutku cerpennya sudah bagus,konfliknyapun menarik,tapi perlu perbaikan lagi dalam menulis tanda baca

    BalasHapus
  2. cerpennya sudah bagus. khayalannya seperti kenyataan. sipppppppp pokoe!

    BalasHapus
  3. assalamualaikum jazuli setelah aku membaca judul cerpenmu aku sangat penasaran ,konfliknya cukup menegangkan oleh karena itu aku memberimu nilai 79.

    BalasHapus
  4. Assalamualikum..
    ko` g` dijawab..
    langsung aja yach.. tapi klo baca yang sabar ya..
    menurutku cerpennya g` usah dikomentari karena menurutku cerpennya sudah bagus..
    saya beri nilai 89,9.
    Makasih...

    BalasHapus
  5. ceritanya dah bagus,bahkan konfliknya menerik dan menegangkan pembaca.pokoknya bagus deh...(80)mkch.....

    BalasHapus
  6. aslamualaikum
    komentar ku datang lhoo
    menurut saya ceritanya sudah bagus tapi msih bnyak ejaan yang salah
    saya kasih nilai 79

    BalasHapus
  7. sebelum saya mengomentari cerpenmu, aku ingin mengomentari blogmu dulu
    menurut aku warna bagground atau texnya terlalu gelap lebihbaik menggunakan warna putih. agar lebih terlihat tterang...ok.
    untuk cerpen kamu sudah ok. kayaknya ini pengalaman kamu ya.... konfliknya bagus. puncak ketegangannya juga membuat pembaca merasa lebih menghayati terasa ada di dalam cerpen..
    maafya aku hanya bisa ngasih nilai 80...
    makacih..ya atas komentarmu di cerpenku
    wassalam....

    BalasHapus
  8. ceritanya sudah bagus. saya beri nilai 77

    BalasHapus
  9. cerpen nya sudah bagus.dan menurutku tidak ada yang salah dalam pengejaan kalimat.BAGUS hanya itu yang terkuak dari mulutku.
    Kukasih nilai 83

    BalasHapus
  10. cepennya sangat bagus.tapi alurnya kurang tepat .seharusnya warna hiu dalam kalimat ini:Air bergemuruh sangat kencang yang membuat hatiku berdebar-debar, hatiku berkata ada makhluk apa di bawah ini. Kulihat kebelakang ternyata ada ikan besar berwarna hitam, semakin dekat ikan itu sangat menakutakan, ternyata ikan itu ikan Hiu. seharusnya berwarna biru.saya nilai
    cerpennya berapa ya
    78 saja

    BalasHapus
  11. cerpennya bagus karena didukung oleh konflik yang baik. Tetapi sayang, paragrafnya tidak beraturan. seperti :

    Setelah lima menit berjalan aku sampai di kantinnya Pak Sitompul,

    Bapak Sitompul orangnya tinggi, besar dan rambutnya seperti landak. Dia adalah orang yang mempunyai kantin di sekolahku. Sekaligus sebagai tukang kebun yang berjasa melawan busuknya sampah.

    seharusnya itu satu paragfar, apalagi kamu kasih koma.

    hanya itu yang dapat saya sampaikan.

    Saya beri nilai 75.

    BalasHapus
  12. cerpennya bagus dan konfliknya pun sudah bagus kelihatannya penulisan cerpen kali ini sudah meningkat, tolong pertahankan terusya.

    nilai 80

    BalasHapus
  13. Cerpennya dah bagus.Dalam menulis kata-kata harus diperhatikan lagi....
    saya beri nilai 78

    BalasHapus
  14. Cerpennya menarik, tetapi pembuka cerpen tampaknya perlu diperbaiki.

    Pada kutipan berikut ini:

    Hari ini matahari tersenyum lebar kepadaku, seakan hari ini hari yang indah bagiku, tapi teriknya matahari menyayat tubuhku. Sampai tubuhku perih semua.

    Bel berbunyi keras sampai gendang telingaku mau pecah tanda pulang sekolah tiba, aku dan teman-temanku bergegas keluar dari kelas untuk makan siang di tempatnya Bapak Sitompul karena hari ini ada les Bahasa Indonesia.

    Pada penggalan kalimat paragraf satu tampak ada kontradiksi. Kalimat "Hari ini matahari tersenyum lebar kepadaku" mengisyaratkan bahwa tokoh aku merasa senang, gembira dan optimistis.
    Namun, kalimat berikutnya "tapi teriknya matahari menyayat tubuhku. Sampai tubuhku perih semua" kurang sesuai dengan semangat itu.

    mestinya panasnya matahari tetap tidak terasakan karena perasaannnya sedang senang.

    semoga bermanfaat.

    BalasHapus